Eksplorasi Kolaste 2015 - Ekspresi Kolase Tenun Kain Lurik.

Sejak pertengahan tahun 2014 untuk menciptakan karya terbarunya, Fatchurohman melakukan serangkaian eksplorasi pada berbagai macam kain lawasan sebagai materi dan bahan Kolase Tenun Kain Lawasnya (Kolaste), salah satunya adalah kain tenun lurik khususnya jenis selendang yang sering digunakan oleh bakul jamu. Sentuhan yang berbeda tampil pada karya terbarunya yang akan dihadirkan pertama kali di IFEX (Indonesia International Furniture Expo 2015) di JIExpo Kemayoran Jakarta. Eksplorasi pada kain selendang lurik dengan motif garis dan kotak - dengan tetap mengusung tema jemuran kain tradisional- tampil berbeda dengan karya-karya Kolaste sebelumnya. Fatchurohman menyatakan bahwa wujud citra pakaian yang dihasilkan merupakan ekspresi untuk mencari kebaruan (novelty) dalam gagasan, elemen, struktur dan komposisinya, nuansa warna yang senada menyamarkan tampilan obyek utama yang berupa jemuran pakaian tradisi dan latarnya dalam nada yang membiru, seperti sebuah kamuflase dan komposisi abstrak yang ekspresif. Karya terbarunya merupakan sebuah eksperimen sekaligus ekspresi kebebasan berkarya dari Fatchurohman namun tetap memiliki landasan tradisi dan inovasi dari gagasan kreatif kain tradisi di Indonesia. Diharapkan karya terbarunya tersebut akan memberikan sudut pandang lain dalam memandang kain lawasan, khususnya kain tenun lurik yang selama ini telah dikenal masyarakat sebagai salah satu kain tradisi di Indonesia  (E.S.D. 6 Maret 2015)
A Journey of Kolaste - Sebuah Cerita Kolase Tenun Kain Lawas Karya Fatchurohman

Kolaste (Kolase Tenun Kain Lawas) karya Fatchurohman, untuk pertama kalinya diperkenalkan pada pertengahan tahun 2008 pada sebuah Pameran Kerajinan di Jakarta.
Kolaste mendapat sambutan yang baik sebagai sebuah karya seni-kerajinan (art-craft) yang kini menjadi identitas Fatchurohman sebagai seorang seniman / kriyawan / desainer tekstil yang turut dalam pengembangan dan inovasi di bidang seni, kerajinan dan desain Indonesia.
Perjalanan Kolaste karya Fatchurohman ditulis untuk memberikan pengetahuan tentang bagaimana cerita dibalik sebuah karya, sehingga akan memberikan informasi sekaligus inspirasi bagi para pecinta karya seni, kerajinan dan desain di tanah air. Ingin mengetahui lebih banyak lagi informasi tentang Kolaste karya Fatchurohman, silakan unduh buku 'A Journey of Kolaste' pada tautan di bawah ini. (E.S.D, 10 Februari 2015)



Fatch Craft Mendapat Anugerah Kriya Kreatif 2014


Fatch Craft menjelang akhir tahun 2014 tepatnya pada tanggal 16 Desember 2014 mendapat penghargaan Anugerah Kriya Kreatif Daur Ulang 2014 yang diadakan oleh Kementrian Pariwisata Republik Indonesia. Anugerah ini merupakan penghargaan kepada para pelaku kreatif yang menghasilkan berbagai produk dengan bahan limbah untuk didaur ulang menjadi sebuah karya seni kerajinan. Penghargaan tersebut ditujukan untuk memberikan motivasi bagi kreator agar lebih inovatif dan produktif. Kegiatan ini merupakan bukti kepedulian serta komitmen pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata terhadap pengembangan kreativitas anak bangsa dalam upaya untuk berkontribusi terhadap pembangunan yang berwawasan lingkungan sekaligus pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia.
Bersama 11 penerima penghargaan lainnya, Fatch Craft mendapat Anugrah kategori pilihan Juri yang penghargaan disampaikan langsung oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya di Balairung Soesilo Soedarman Gedung Sapta Pesona Jakarta.Kegiatan ini telah melalui berbagai tahapan penilaian, yaitu pendataan terhadap sejumlah pengrajin daur ulang di Jawa dan Bali yang menghasilkan 51 nominasi yang kemudian diseleksi menjadi 12 nominasi. Kriteria penilaian berdasarkan kategori penggunaan material, yaitu berbahan serat kombinasi, logam kombinasi, serat kain, plastik, kayu dan kayu kombinasi. Penghargaan dimaksud diberikan tanpa jenjang.Tim Juri Anugerah Kriya Kreatif Daur Ulang 2014 adalah Prof. Setiawan Sabana (Dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung), F.Widayanto (Seniman Keramik), dan Pincky Sudarman (Profesional/Presiden Direktur Alun Alun Indonesia).Penilaian berdasarkan kriteria yaitu kontinuitas berkarya, nilai fungsional & estetik, orisinalitas ide dan inovasi, pemanfaatan kearifan lokal, penciptaan lapangan pekerjaan, lebih ke arah kalangan usaha kecil, memiliki kepedulian, kontribusi, dan ramah terhadap lingkungan, memiliki nilai ekonomi, menciptakan sampah/limbah menjadi berkah, serta belum pernah mendapat penghargaan dari pemerintah.
Fatchurohman sebagai pemilik Fatch Craft menyatakan bahwa Anugrah tersebut merupakan hal yang positif dan memberikan motivasi bagi dirinya untuk berkarya lebih baik lagi, selain itu anugrah tersebut merupakan sebuah bukti bahwa kontribusi kreatifitas dalam pengelolaan daur ulang dapat terus diedukasi kepada masyarakat luas sehingga memiliki nilai guna dan nilai tukar yang lebih baik yang akan memberi nilai tambah bagi kehidupan masyarakat. (E.S.D 23 Desember 2014)
Studi Komparasi Industri Kerajinan Tiongkok

Pada pertengahan September 2014, Fatchurohman (owner Fatch Craft) beserta rekan desainer dan pengusaha berkunjung ke negri  Tiongkok (China), guna memenuhi undangan pembukaan House of Indonesia di Kota Pu Dong, sebuah area yang disewa para pengusaha indonesia di gedung Maccaline Home Furnishing Art and Design Expo Center, yang menampilkan produk-produk asal Indonesia berupa meubel dan kerajinan dari berbagai daerah seperti Bali, Jepara dan Jogja. Galeri yang memiliki luas 500 m2 tersebut menampilkan ratusan produk dari berbagai perusahaan Indonesia.
Perkembangan ekonomi dan pembangunan Tiongkok yang luar biasa menjadi alasan Fatchurohman untuk berkunjung, diharapkan dengan kunjungannya tersebut akan mendapatkan wawasan yang lebih baik serta dapat membaca potensi pasar di negri Tiongkok, selain itu juga untuk melihat secara langsung perkembangan perekonomian dan industri Tiongkok sehingga dapat melakukan studi komparasi terutama pada industri kerajinan dan seni.
Studi dilakukan dengan mengunjungi Chinas Best Creative Industry Park (Tian Zi Fang) di kota Shanghai. Sebuah kawasan pemukiman penduduk yang oleh pemerintah Tiongkok dipertahankan arsitektur dan tata kotanya, namun fungsinya diubah menjadi kawasan penjualan kerajinan (pasar kerajinan), yang menampilkan berbagai barang kerajinan seperti keramik, lukisan, wewangian, pakaian dan sebagainya, di kawasan tersebut juga terdapat kafe kafe kecil untuk menyantap berbagai hidangan khas negri tersebut.
Selain itu dikunjungi pula Moganshan road Art Zone Shanghai, sebuah kawasan pemukiman dan kawasan industri yang diubah menjadi zona art yang menampilkan karya-karya seni seniman tiongkok seperti lukisan, patung yang bernuansa Tiongkok dan kontemporer.
Perjalanan pada kedua tempat tersebut memberi masukan dan pemahaman bahwa produk kerajinan dan seni harus diproduksi dengan kwalitas yang sangat baik agar dapat menarik minat publik, selain itu infrastruktur yang bagus dengan penataan yang rapih, bersih dan sistematis menjadi daya dukung daya tarik kawasan dan industri kerajinan di Tiongkok. Peran pemerintah Tiongkok dalam penciptaan kawasan-kawasan tersebut menjadikan industri kerajinan dan seni Tiongkok berkembang lebih baik. Itulah yang menjadi masukan bagi Fatchurohman sesampainya di tanah air, sehingga sangat dirasakan perlunya sinergi berbagai kalangan industri kreatif di Indonesia, terutama dari kalangan seniman, desainer, pengusaha dan pemerintah untuk mengembangkan industri kerajinan indonesia. (E.S.D Oktober 2014)